Berpikir Positif
Baca: Markus 4:35-41
“Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.” (Markus 4:37)
Mengikut Tuhan dibutuhkan komitmen yang sungguh-sungguh serta motivasi yang murni, sebab kita akan menghadapi banyak kesulitan dan juga penderitaan. “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,” (Filipi 1:29).
Tuhan tidak pernah berjanji kalau kita mengikut Dia perjalanan hidup kita akan bebas hambatan. Bahkan murid-muridNya pun yang senantiasa bersama-sama denganNya juga mengalami apa yang disebut dengan masalah atau kesulitan. Contohnya saat mereka berada satu perahu dengan Tuhan Yesus sekonyong-konyong datanglah angin ribut/taufan yang sangat dahsyat sehingga mereka menjadi takut dan panik. Tentunya angin ribut itu bukan angin ribut biasa sehingga mereka takut, karena sebagian besar murid itu notabene adalah nelayan, sudah terbiasa menghadapi badai dan gelombang saat berada di lautan. Ini membuktikan badai itu benar-benar dahsyat dan berada di luar batas kemampuan mereka menghadapinya.
Reaksi yang ditunjukkan para murid sama dengan reaksi kita ketika badai permasalahan datang menerpa; kita tidak lagi dapat melihat permasalahan sebagai proses ujian, tetapi sebagai beban yang melemahkan iman dan merampas sukacita kita. Kita sangat panik dan kuatir sehingga berusaha mengatasinya secepat mungkin menurut akal dan cara kita sendiri. Kita marah dan menyalahkan Tuhan dengan berkata, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38b).kita cenderung berpikir negatif ketika menghadapi masalah, masalah sering kita lihat sebagai pencobaan daripada sebagai ujian. Cara pandang kita terhadap masalah akan berdampak terhadap tidakan yang kita lakukan, kita cenderung pesimis daripada optimis.
Melihat kepanikan mereka Yesus keras menegur, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Markus 4:40). Tidak seharusnya para murid takut karena ada Yesus di tengah-tengah mereka. Bukankah mereka selalu terlibat dalam pelayanan Yesus dan melihat perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan Gurunya selama ini?
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai percobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1:2-3).
Baca: Markus 4:35-41
“Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.” (Markus 4:37)
Mengikut Tuhan dibutuhkan komitmen yang sungguh-sungguh serta motivasi yang murni, sebab kita akan menghadapi banyak kesulitan dan juga penderitaan. “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,” (Filipi 1:29).
Tuhan tidak pernah berjanji kalau kita mengikut Dia perjalanan hidup kita akan bebas hambatan. Bahkan murid-muridNya pun yang senantiasa bersama-sama denganNya juga mengalami apa yang disebut dengan masalah atau kesulitan. Contohnya saat mereka berada satu perahu dengan Tuhan Yesus sekonyong-konyong datanglah angin ribut/taufan yang sangat dahsyat sehingga mereka menjadi takut dan panik. Tentunya angin ribut itu bukan angin ribut biasa sehingga mereka takut, karena sebagian besar murid itu notabene adalah nelayan, sudah terbiasa menghadapi badai dan gelombang saat berada di lautan. Ini membuktikan badai itu benar-benar dahsyat dan berada di luar batas kemampuan mereka menghadapinya.
Reaksi yang ditunjukkan para murid sama dengan reaksi kita ketika badai permasalahan datang menerpa; kita tidak lagi dapat melihat permasalahan sebagai proses ujian, tetapi sebagai beban yang melemahkan iman dan merampas sukacita kita. Kita sangat panik dan kuatir sehingga berusaha mengatasinya secepat mungkin menurut akal dan cara kita sendiri. Kita marah dan menyalahkan Tuhan dengan berkata, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4:38b).kita cenderung berpikir negatif ketika menghadapi masalah, masalah sering kita lihat sebagai pencobaan daripada sebagai ujian. Cara pandang kita terhadap masalah akan berdampak terhadap tidakan yang kita lakukan, kita cenderung pesimis daripada optimis.
Melihat kepanikan mereka Yesus keras menegur, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Markus 4:40). Tidak seharusnya para murid takut karena ada Yesus di tengah-tengah mereka. Bukankah mereka selalu terlibat dalam pelayanan Yesus dan melihat perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan Gurunya selama ini?
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai percobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” (Yakobus 1:2-3).
Comments
Post a Comment