YUSUF DAN NIKODEMUS


YUSUF DARI ARIMATEA
DAN NIKODEMUS SEORANG FARISI
(Yoh 19:38-42, Mat 27:57-61, Mrk 15:42-47, Luk 23:50-56)




Dalam memperingati kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, sesungguhnya ada sepenggal cerita yang terselib diantara kedua peristiwa penting tersebut, yaitu peristiwa dimana Yusuf dari Aimatea dan Nikodemus (seorang pemuka Yahudi yag dating pada Yesus di waktu malam) mereka menurunkan mayat Yesus serta menguburkannya.
Kita mungkin tidak begitu tertarik dengan keberadaan kedua orang ini, tetapi realita tentang bagaimana sikap kedua orang tersebut relevan hingga saat ini. Mari kita perhatikan sikap mereka dan bagaimana mereka menjadi pengikut Yesus.
Siapakah Yusuf Dari Arimatea?
Di dalam Injil Markus, Yusuf disebut sebagai ”seorang anggota Dewan yang mempunyai nama baik”. Dewan yang dimaksud pasti adalah Sanhedrin, mahkamah agung dan lembaga administratif tertinggi Yahudi. Sanhedrin punya pengaruh yang besar atas masyarakat, pemerintahan, dan agama. (Mrk. 15:1, 43) Jadi, Yusuf adalah salah satu pemimpin bangsa Yahudi. Karena itulah dia punya banyak harta dan bisa bertemu dengan gubernur Romawi.​—Mat. 27:57.
Sebagai kelompok, Sanhedrin memusuhi Yesus. Para anggotanya mengatur siasat untuk membunuh dia. Namun, Yusuf adalah ”seorang pria yang baik dan adil-benar”. (Luk. 23:50) Tidak seperti kebanyakan anggota Sanhedrin lainnya, Yusuf jujur, baik, dan benar-benar berusaha mematuhi perintah Allah. Dia juga ”menantikan kerajaan Allah”. Mungkin karena itulah dia menjadi pengikut Yesus. (Mrk. 15:43; Mat. 27:57) Dia menyukai ajaran Yesus karena dia menjunjung keadilan dan kebenaran.
Yohanes 19:38 mengatakan bahwa Yusuf menjadi murid Yesus secara ”sembunyi-sembunyi oleh karena takut kepada orang-orang Yahudi”. Apa yang dia takutkan? Dia tahu bahwa orang Yahudi membenci Yesus, dan siapa pun yang mengaku beriman kepada Yesus akan diusir dari sinagoga. (Yoh. 7:45-49; 9:22) Jika seseorang diusir dari sinagoga, dia akan dihina, dimusuhi, dan diperlakukan seperti kaum rendahan oleh orang Yahudi lainnya. Jadi, Yusuf tidak terang-terangan mengatakan bahwa dia beriman kepada Yesus. Jika dia melakukannya, dia akan kehilangan jabatan dan reputasinya.
Yusuf bukanlah satu-satunya orang yang berada dalam situasi ini. Menurut Yohanes 12:42, ”banyak orang bahkan di antara penguasa-penguasa, sebenarnya beriman kepada [Yesus], tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakui dia, agar tidak dikeluarkan dari sinagoga”. Salah satunya adalah Nikodemus
Siapakah Nikodemus?
Nikodemus adalah anggota kelompok dari orang farisi.​—Yoh. 3:1-10; 7:50-52., Ia bersama Yusuf dari Arimatea ikut menurunkan mayat Yesus, Nikodemus membawa minyak mur yang dicampur dengan minyak gaharu lima puluh kati beratnya (1 kati sama dengan 6,25 ons, berarti 50 kati =31,25 kg) suatu jumlah besar. Nikodemus adalah tipe orang yang sama dengan Yusuf, mereka memiliki keduduakn yang penting, namun mereka takut mengakui diri sebagai murid Yesus, sehingga mereka menjadi murid Yesus secara diam-diam.
Walaupun Yusuf tidak berani mengakui imannya, dia melakukan sesuatu yang baik. Menurut Alkitab, dia tidak mendukung rencana jahat Sanhedrin melawan Yesus.  (Luk. 23:51) Ada yang mengatakan bahwa Yusuf bisa jadi tidak hadir saat Yesus diadili. Kita tidak tahu pasti apa yang terjadi. Yang jelas, Yusuf merasa sangat sedih karena Yesus dihukum secara tidak adil dan dia tidak bisa berbuat apa-apa!
MEREKA TIDAK TAKUT LAGI
Rasa takut sesungguhnya dialami oleh setiap orang yang tidak bersama Tuhan, bahkan para muridpun mengalami berbagai ketakutan ketika mereka tidak bersama Yesus. Hal inilah yang juga dialami Yusuf dari arimatea dan Nikodemus, mereka jarang bersama Yesus, itu ang membuat mereka Takut, tetapi fakta bahwa Yesus mati dalam kebenarannya, membuat mereka memberanikan diri (itu berarti mereka belum berani) hal yang sama juga dialami para murid mereka takut hingga mereka berkumpul di satu tempat. Keberanian baru dimiliki oelh murid Tuhan ketika mereka menerima karunia Roh Kudus, jelas bahwa sumber keberanian itu datangnya hanya dari Yesus.
Menurut hukum Yahudi, orang yang dihukum mati harus dikuburkan sebelum matahari terbenam. (Ul. 21:22, 23) Namun orang Romawi tidak memedulikan hukum itu. Jenazah orang yang dihukum mati dibiarkan membusuk di tiang siksaan atau dibuang ke kuburan umum. Yusuf tidak ingin jenazah Yesus diperlakukan seperti itu. Di dekat  tempat Yesus dipantek, Yusuf punya satu makam di dalam sebuah batu besar. Makam itu masih baru, belum pernah dipakai. Itu menunjukkan bahwa Yusuf mungkin baru pindah dari Arimatea ke Yerusalem, dan dia bisa jadi berencana untuk memakai makam tersebut bagi keluarganya. (Luk. 23:53; Yoh. 19:41) Jadi, Yusuf merelakan makamnya sendiri untuk Yesus. Ini menunjukkan bahwa Yusuf adalah orang yang murah hati. Dan dengan begitu, nubuat bahwa “orang-orang besar enjadi rampasannya” menjadi kenyataan.​(Yes. 53:12)
Apakah ada hal lain yang kita anggap lebih penting daripada hubungan kita dengan Yehuwa?
Keempat Injil menyatakan bahwa setelah tubuh Yesus diambil dari tiang siksaan, Yusuf membungkusnya dengan kain lenan yang bagus dan membaringkannya di makam miliknya. (Mat. 27:59-61; Mrk. 15:46, 47; Luk. 23:53, 55; Yoh. 19:38-40) Satu-satunya orang yang diceritakan membantu Yusuf adalah Nikodemus, yang membeli rempah-rempah untuk pemakaman. Karena mereka berdua orang penting, kemungkinan mereka tidak memindahkan jenazah Yesus sendirian. Mereka bisa jadi meminta bantuan para pelayan untuk mengangkat jenazah Yesus dan memasukkannya ke dalam makam. Tapi, kalaupun mereka dibantu oleh pelayan, bukan berarti pekerjaan mereka jadi mudah. Menurut hukum Taurat, orang yang menyentuh mayat akan dianggap najis selama tujuh hari, dan apa pun yang mereka sentuh akan menjadi najis. (Bil. 19:11; Hag. 2:13) Kalau mereka dalam keadaan najis, mereka harus diasingkan selama minggu Paskah dan tidak bisa mengikuti semua ritual dan perayaan. (Bil. 9:6) Yusuf juga bisa diejek oleh sesama anggota Sanhedrin. Namun, dia sudah bertekad untuk menguburkan Yesus dengan layak dan mengakui bahwa dia adalah murid Kristus. Dia rela menanggung semua risikonya.
Makna Rohani apakah yang dapat kita pelajari dari Yusuf dan Nikodemus?
Pertama:
Banyak orang yang percaya pada Yesus tetapi tidak berani mengakuinya karena kedudukannya yang tinggi. Mereka takut terhadap pandangan sinis orang lain, takut kehilangan jabatan mereka, bahkan mereka tidak berani mengatakan kebenaran.
Kedua:
Ketakutan akan senantiasa menghantui kita jika kita tidak bersama Tuhan, oleh sebab itu tetap di dalam Tuhan agar kita terbebas dari ketakutan, sehingga kita berani menjadi saksi Kristus dimanapun berada, berani mengatakan kebenaran kepada siapapun.


Comments

Popular posts from this blog

LAGU-LAGU IBADAH JUMAT AGUNG

PANGERAN BURUK RUPA

PANDANGAN PENUH MAKNA